Di tengah maraknya konten viral dan inovasi unik, sebuah kompetisi yang tak biasa menarik perhatian dunia yaitu lomba balap sperma. Diselenggarakan oleh startup Sperm Racing di Los Angeles, acara ini dijadwalkan berlangsung pada 25 April 2025 di Hollywood Palladium. Dengan tujuan menggabungkan hiburan dan kesadaran akan kesehatan reproduksi pria, kompetisi ini menampilkan sperma dari dua mahasiswa sehat dari USC dan UCLA yang berlomba di lintasan mikro sepanjang 20 cm yang dirancang menyerupai sistem reproduksi wanita.
Lintasan mikrofluidik yang digunakan diperbesar 40 kali lipat agar penonton dapat menyaksikan pergerakan sperma secara langsung. Acara ini dilengkapi dengan komentar langsung, tayangan ulang instan, statistik, papan peringkat, dan bahkan sistem taruhan melalui platform Polymarket. Didukung oleh Nucleus Genomics, proyek ini telah menarik investasi sebesar $1,5 juta dan perhatian dari komunitas biohacking.
Eric Zhu, pendiri Sperm Racing yang berusia 17 tahun, menyatakan bahwa acara ini bertujuan untuk menyoroti penurunan kesuburan pria yang signifikan dalam lima dekade terakhir. Dengan menjadikan motilitas sperma sebagai indikator kesehatan yang dapat diukur, kompetisi ini diharapkan dapat memecah tabu seputar topik kesuburan pria dan mendorong diskusi yang lebih terbuka.
Sementara itu, di China, bank sperma di Henan dan Shanghai mengadakan kompetisi serupa yang menawarkan insentif finansial kepada mahasiswa untuk mendonorkan sperma mereka. Tujuannya adalah untuk menemukan donor dengan kualitas sperma terbaik dan meningkatkan kesadaran akan kesehatan reproduksi di kalangan muda. Peserta yang memenuhi kriteria tertentu dapat menerima kompensasi hingga 7.500 yuan (sekitar Rp16,8 juta).
Lomba balap sperma ini mencerminkan bagaimana isu kesehatan serius dapat dikemas dalam format yang menarik dan menghibur. Dengan pendekatan yang inovatif, acara ini tidak hanya menghibur tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan reproduksi pria. Melalui kombinasi teknologi, hiburan, dan edukasi, kompetisi ini membuka jalan bagi diskusi yang lebih luas dan terbuka mengenai topik yang sebelumnya dianggap tabu.