Magelang News – Makna yang sangat dalam dari kisah “Batarakala” dipamerkan oleh pemuda Salakan, Wonogiri, Kajoran, Magelang pada event Magelang Ethno Carnival 2024 pada hari Minggu (15/9/202).
Diangkat tentang hak seorang anak yang mempunyai harga yang sama seperti anak lainnya , dan kepala keluarga memiliki tanggung jawab untuk keluarganya.
Batarakala yang diceritakan seorang bayi raksasa yang tidak direncanakan dan tidak diharapkan oleh orang tuanya karena buruk rupa dan aneh. Kemudian bayi tersebut mengeram mencari siapa ayahnya dan mengamuk dimanapun ia berada sampai kayangan pun gaduh.
Lalu Batara Guru yang merupakan ayahnya mensyaratkan batarakala memotong taringnya jika ingin dianggap menjadi anaknya.
Batara Guru kemudian memberkati raksasa itu dan memberinya nama Batara Kala. Artinya, yaitu Dewanya Waktu.
Batara Kala memakan siapa saja orang yang tak menghargai waktu. Lakon ini biasanya diceritakan khusus dalam cerita lakon Ruwatan oleh masyarakat jawa.
Pembuatan Ogoh-ogoh Batarakala tersebut memakan waktu 1,5 bulan dengan banyak perdebatan dan pengorbanan hingga cedera fisik juga minimnya dana yang dimiliki tapi mampu menyelesaikan konsep ini.
“Kami turun ke Magelang tanpa dukungan desa. Kami hanya bermodalkan tekad kuat untuk menyampaikan konsep ini” ungkap salah satu pemuda saat dihubungi Magelang News via pesan pribadi.