Rektor UMM: Bangga dan Gelisah Lihat Mahasiswinya Kuliah Daring di Pinggir Jalan

  • Whatsapp

Magelangnews.com – Setelah diketahui salah satu mahasiswi UMM Magelang viral di sosial media yang rela mencari sinyal hingga di pinggir jalan demi mengerjakan tugas dan ujian daring, rektor UMM pun angkat bicara.

Ternyata tidak hanya Teara Noviyani Sekar Melati (19), saja namun ditemani adiknya Siti Salma Putri Salsabila (13) pelajar kelas 2 siswi MTs Negeri 1 Magelang dan saudara sepupunya, Fitri Zahrotul Mufidah (15), siswi SMK Ma’arif 1 Ngluwar. Mereka bertiga belajar sambil memangku laptop di pinggir jalan dari arah Pasar Jagalan, Kalibawang, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menuju ke arah Gunung Gondopuro Wangi, Kecamatan Borobudur.

Bacaan Lainnya
Teara (tengah), mahasiswi yang mengerjakan tugas daring di pinggir jalan di Magelang, Selasa (21/7/2020). (Foto: Eko Susanto/detikcom)
Teara (tengah), mahasiswi yang mengerjakan tugas daring di pinggir jalan di Magelang, Selasa (21/7/2020). (Foto: Eko Susanto/detikcom)

Suliswiyadi selaku Rektor UM Magelang mengaku bangga dengan semangat belajar mahasiswinya. Teara yang tinggal di Dusun Nalan II, Desa Kenalan, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu kesulitan sinyal selama kuliah daring. Dia dan adiknya Siti Salma Putri Salsabila (13) bahkan mengerjakan ujian di pinggir jalan yang masuk wilayah Desa Bigaran, Kecamatan Borobudur yang sinyal selulernya kuat.

Suliswiyadi menyebut fakta mahasiswinya belajar di pinggir jalan menjadi salah satu kegelisahan di dunia pendidikan. Sebab tuntutan kuliah daring tidak dibarengi dengan pembangunan jaringan infrastruktur yang merata.

Foto: Rektor Universitas Muhammadiyah Magelang Suliswiyadi. (foto: Dok UM Magelang) (foto: Dok UM Magelang)
Foto: Rektor Universitas Muhammadiyah Magelang Suliswiyadi. (foto: Dok UM Magelang) (foto: Dok UM Magelang)

“Memang ini sangat mengundang keingintahuan dan mengundang kegelisahan kita di dunia akademik karena suport infrastruktur di berbagai wilayah ternyata juga tidak support,” ujarnya.

“Ini memang pemerintah wilayah setempat baik kecamatan maupun desa ini harus kita ajak untuk berkoordinasi untuk mencari solusi,” sambungnya

Suliswiyadi berharap perguruan tinggi bisa menjadi salah satu support bagi pembangunan smart village atau desa cerdas. Sehingga program belajar daring bisa diakses oleh semua kalangan tanpa terbatas oleh susah sinyal.

“Perguruan tinggi ini hanya memiliki sumber daya akademik sehingga barangkali bisa muncul sebuah gagasan semacam smart village. Jadi sebuah desa cerdas artinya karena masyarakatnya ingin bergeliat belajar untuk mencari ilmu, mencari berbagai informasi sehingga ini harus didukung dengan infrastruktur yang sangat memadai,” terangnya.

Pos terkait