Magelangnews.com – Dalam menghadapi pandemi , Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memilih Pembelajaran jarak jauh (PJJ) dalam upaya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Mengandalkan Kemajuan IT dan Fasilitas Internet tanpa menghadirkan langsung sosok guru secara fisik dan digantikan oleh interaksi internet.
Namun ternyata kenyataan yang terjadi dilapangan saat pelaksanaannya tak semudah yang diplanning.
Seperti diungkapkan oleh akun @efenerr yang mengunggah cerita temannya yang berprofesi sebagai guru SD di Magelang, Jawa Tengah.
Dalam kicau @efenerr menyebut temannya ini melakukan kunjungan dan pembelajaran luring ke rumah siswa-siswanya, karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk diadakannya pembelajaran daring secara ideal.
Saat dikonfirmasi Ifan Mustika Rinaldi adalah guru kelas VI SD Negeri Growong, Kecamatan Tempuran, Magelang, Jawa Tengah, mengatakan, kunjungan ke rumah siswa tersebut dilakukan selama 3 hari saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Di hari pertama hanya nge-share video-video pengenalan lingkungan sekolah dan profil guru. Pada hari ketiga, bagi siswa-siswa yang tidak punya HP, dilakukan kunjungi satu-satu, khusus untuk yang kelas satu.
Dan ternyata tidak hanya dilakuakan oleh Ifan saja, kunjungan tersebut juga dilakukan oleh guru-guru di SD N Growong yang totalnya berjumlah 8 orang.
Sementara untuk jumlah siswa kelas 1 ada 12 orang, dan secara total jumlah siswa di SDN Growong ada 108 orang.
“Karena rumahnya (siswa) kan berjauhan. Desa kami itu ada empat dusun, jadi gurunya dibagi untuk tiap-tiap dusun. Karena jalannya yang mungkin agak susah, jadi bersama-sama, dua-dua gitu. Memang aksesnya agak sulit,” kata Ifan.
Kendala utama menurutnya adalah minimnya sinyal telekomunikasi di daerah tempatnya mengajar.
Sekolah tempat Ifan mengajar terletak di daerah pegunungan, sehingga akses untuk sinyal komunikasi terbilang sulit.
Sesuai dengan anjuran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa di masa pandemi ini beban pelajaran kepada siswa dikurangi.
“Kami juga memotong materi-materi pelajaran, sehingga hanya yang penting-penting saja yang disampaikan,” kata Ifan.
Untuk pembelajaran menggunakan aplikasi seperti Zoom, Google Meet, atau Google Classroom, untuk saat ini menurut Ifan tidak akan mungkin bisa dilaksanakan di daerah tempatnya mengajar.
“Indonesia itu tidak hanya Jakarta, ini pulau Jawa tapi kondisinya seperti ini. Apalagi di Papua, Nusa Tenggara? Teman-teman saya di Kupang, Maluku, bagaimana itu? Apakah bisa pembelajaran seperti ini, lewat Microsoft 365, atau Zoom?,” Ungkap Ifan
Kerinduan siswa menjadi semangat bagi irfan, ia berharap setidaknya guru-guru diizinkan untuk mengadakan pembelajaran dengan siswa kelas I secara tatap muka.
Selain itu, ia juga bercerita bahwa siswa-siswanya tidak keberatan bila harus memakai masker selama jam pelajaran, asal bisa kembali ke sekolah.
(Editor: Frz)