Magelang News – Ambarawa, Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober menjadi momen penting bagi masyarakat Indonesia, khususnya Ambarawa. Kota yang terletak di Kabupaten Semarang ini memiliki warisan batik yang kaya dan unik, yakni Batik Patron Ambarawa. Batik ini merupakan perpaduan antara batik pedalaman dan batik pesisiran, dengan tambahan unsur motif China sebagai hasil dari proses akulturasi budaya.
Batik Patron mulai berkembang di Ambarawa sejak tahun 1800-an. Dari 83 motif yang tercatat, 18 di antaranya masih dapat dilestarikan oleh masyarakat lokal. Namun, puluhan motif lainnya telah dibawa oleh orang-orang Belanda pada masa kolonial dan kini tersimpan di Museum Leiden, Belanda. Desi Deria Ari Novitri, seorang pelestari budaya, menjadi sosok kunci yang berhasil menemukan kembali motif-motif Batik Ambarawa yang tersimpan di Museum Leiden, sehingga warisan ini dapat dihidupkan kembali. “Sejak tahun 1997 hingga saat ini, 18 motif Batik Patron berhasil dilestarikan di Ambarawa,” ujar Desi.
Ciri khas utama Batik Patron Ambarawa adalah penggunaan warna biru tua atau biron yang mencolok, berbeda dengan kebanyakan batik dari wilayah lain yang lebih sering menggunakan warna sogan atau coklat. Warna biron ini dulunya diperoleh dari pewarna alami dan merupakan ciri khas batik Ambarawa sejak dahulu kala. Motif yang paling terkenal di antaranya adalah motif parang dan ceplok, yang menjadi simbol keindahan dan kearifan lokal.
Desain dan pola Batik Patron Ambarawa terinspirasi oleh alam serta budaya setempat, dengan sentuhan unsur Cina yang mencerminkan proses akulturasi budaya yang terjadi sejak zaman dahulu. Batik ini tidak hanya menjadi identitas lokal, tetapi juga diharapkan menjadi simbol kebanggaan yang bisa dilestarikan oleh generasi muda.