MagelangNews – Grabag , Akulturasi Budaya yang tetap lestari hingga sekarang antara tradisi Jawa dan Islam masih terlihat di kehidupan warga Kabupaten Magelang. Di antaranya adalah tradisi Pasar Kembang yang sudah mulai ramai di hari puasa ke 23 atau satu minggu menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Kursatun (56 Tahun ) warga Grabag yang rutin setiap tahun berjualan kembang di area luar Pasar Grabag Kabupaten Magelang.
“Saya jualan dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam,kalo malam takbir bisa berjualan sampai jam 1 dinihari”ujarnya saat ditemui awak media MagelangNews di lokasi.
“Untuk omset alhamdullilah di tahun ini meningkat,rata – rata pendapatan saya perhari sekitar 5 – 6 jutaan”pungkasnya
Untuk komoditas kembangnya para pedagang berbelanja di sekitar Pasar Bandungan Kabupaten Semarang yang memang dikenal sebagai sentra kembang di Jawa Tengah.
Untuk jenis dagangan yang diperjualbelikan di pasar tersebut adalah jenis kembang atau berbagai bunga seperti mawar, melati, kenanga, dan aneka kembang lain yang biasa digunakan warga untuk “Nyekar” atau berziarah ke makam leluhur.
Dan yang unik di daerah Grabag ini ada jenis kembang Tlaseh yang sepertinya wajib ada untuk paket komplit kembang nyekar harganya pun relatif murah satu ikat hanya Rp 3.000 saja.
Tidak hanya itu saja, konon tradisi Pasar Kembang ini tetap lestari tak lekang oleh waktu. Berbagai kendala yang pernah terjadi seperti krisis ekonomi dan pandemi terbukti tak mampu menghapus kekayaan khasanah budaya warga Grabag ini. Semoga Pasar Kembang ini tetap lestari sampai akhir jaman (Azh)